Sunday, January 2, 2011

pelajaran teknik dasar photography yang mungkin anda lewatkan

Bagi seorang pemula menggunakan kamera analog sering menemukan kendala baik dalam proses pemotretan maupun dari kualitas foto yang dihasilkan. Misalnya : gambar yang kurang sempurna, kesulitan dalam menentukan fokus suatu objek, serta gambar objek yang tak langsung terlihat seperti hasil foto yang sebenarnya. Belum lagi proses pencetakan yang memerlukan ruang gelap dan hasil foto yang tidak bisa diperbaiki/diedit.


Konsep Dasar Kamera Digital
Kamera Analog Kamera Digital

Sedangkan apabila anda memotret dengan menggunakan Kamera Digital, anda akan dimudahkan. Dengan menggunakan fasilitas yang ada, Anda dapat menggunakannya dengan mudah, walau anda bukan seorang fotografer profesional. Materi ini akan memperkenalkan kepada anda tentang konsep Kamera Digital, bagian-bagian dan teknik pengoperasiannya.
  1. Pengertian Kamera Digital


    Dilihat dari proses dan hasil perekaman gambar pada Kamera Digital dapat didefenisikan bahwa Kamera Digital merupakan perangkat perekam gambar yang menyimpan data gambar dalam format digital. Kamera Digital termasuk produk teknologi digital (perangkat digitizer) dengan kemampuan mengambil input data analog berupa frekuensi sinar dan mengubahnya ke bentuk mode digital elektronis.


    Cara kerja Kamera Digital hampir sama dengan Kamera Analog. Perbedaan yang mendasar dapat dilihat dari tabel berikut :
  2. Media Penyimpanan Foto

    Kamera analog (kamera biasa) menggunakan lensa untuk mentransfer hasil foto ke dalam negative film dari cahaya yang ditangkap. Negative film ini merupakan media penyimpannya, dan sangat sensitif terhadap cahaya.





    Pada kamera digital perekam gambar menggunakan sensor CCD (Charge Coupled Device) atau CMOS (Complemetary Metal Oxidane Silicon) yang kemudian hasilnya direkam dalam format digital ke dalam media penyimpanan digital semacam Compact Flash, Secure Digital, Memory Stick, dsb. Karena hasil disimpan dalam format digital akan memudahkan untuk ditransfer ke pengolah foto digital semacam komputer, untuk keperluan editing berupa perubahan pada warna, ketajaman, kecerahan dan latar belakang objek.
  3. Megapixel Kamera Digital

    Kamera digital saat ini sudah memiliki sensor penangkap gambar CCD lebih dari jutaan pixel. Semakin banyak pixel yang bisa ditangkap akan semakin detail dan semakin halus gambar yang dihasilkan. Misalnya : untuk memotret gambar ukuran pos card , Anda cukup membeli kamera digital dengan kapasitas sensor 1 Mega pixel. Kamera dengan kapasitas sensor 1 Mega Pixel ini juga masih mencukupi untuk keperluan gambar di website. Akan tetapi untuk keperluan gambar yang jauh lebih detail maka diperlukan kamera dengan kapasitas sensor 2 Mega Pixel atau lebih. Bagi fotografer profesional kini sudah tersedia kamera berkapasitas 5-10 Mega pixel.

    Yang perlu diingat adalah semakin banyak sel-sel sensitif foto yang ditampung dalam chip CCD semakin banyak gangguan-gangguan elektronik yang dihasilkan. Hanya pembuat sirkit elektronik yang cerdik dan canggih yang mampu menangani persoalan ini. Dan sekarang ini memang menjadi persoalan serius, karena belum terlihat siapa penghasil chip CCD terbaik saat ini.

  4. Perbedaan CCD dan CMOS

    CCD
    CMOS

    Saat ini banyak kamera digital murah yang menggunakan sensor CMOS dari pada CCD. Apa kelebihan dan kekurangan CMOS dibanding CCD ? CMOS memiliki keunggulan dimana ongkos produksi murah sehingga harga kamera lebih terjangkau. Sedangkan CCD memiliki keunggulan dimana sensor lebih peka terhadap cahaya sehingga pada kondisi redup (sore/malam) tanpa bantuan lampu blitz / Flash masih bisa menangkap objek dengan baik, sedangkan pada CMOS hasil perekaman objek sangat buram.
Dalam fotografi pemotretan merupakan seni. Pada dasarnya semua seni tidak lepas dari bagaimana penciptaan dan penerapanya. Angan – angan gagasan dan rencana merupakan awal dari penciptaan karya seni. Kekuatan yang mendorong adalah daya cipta dan imajinasi. Faktor utama dalam membuat suatu karya foto seni adalah tehnik pemotertran. Ada beberapa tehnik pemotretan yang lazim digunakan para fotografer dalam membuat foto seni, diantaranya:
  • Menentukan subyek
  • Menentukan speed (kecepatan)
  • Menentukan diafragma (celah)
  • Menentukan komposisi
  • Menentukan focusing (subyek)
  • Menentukan eksposure.
Dari enam poin dasar pemotretan di atas, dapat diterapkan dalam teknik pemotretan yang lebih spesifik, diantaranya seperti di bawah ini:

Basic action techniques (teknik dasar pemotretan subyek bergerak)
  •   Kecepatan shutter
Kecepatan shutter harus tinggi, 1/60, 1/125,…1/1000 sampai seterusnya. Tetapi tergantung bagaimana kecepatan subyek sasaran bergerak atau berpindah.
  •   Kecepatan film.
Kecepatan shutter yang tinggi cukup meembekukan laju gerakan. Namun apabila cahaya pada subyek sangat minim, solusi yang sering digunakan adalah menggunakan film kecepatan tinggi. Terkecuali dalam pencahayaan yang buruk, film kecepetan tinngi sekalipun tidak cukup sensitive.
  •   Fast lenses “kecepatan lensa”
Untuk pembuatan sebuah karya foto fast lens, lensa dengan celah lebar (diafragma) maksimum merupakan nilai spesialnya, karena fast lens mampu mengumpulkan cahaya lebih banyak dari pada lensa regular (lensa bukaan kecil), fast lens menghasilkan gambar lebih terang dan jelas pada view finder sehingga mempermudah pemfokusan. Banyaknya jumlah cahaya yang diterima celah bukaan fast lens memungkinkan pengaturan kecepatan shutter tepat pada cahaya minim. Hal ini mempermudah pemfokudan gerak pada kondisai normal yang menginginkan untuk memburamkan gerakan dengan eksposure yang lebih panjang.
Celah maksimum dari fast lens mungkin hanya 1 sampai 2 stop lebih besar daripada lensa regular yang focal lenghtnya sama, tetapi dapat membuat perbedaan dalam hal ketajaman, kejelasan, dan kejernihan gambar, dan suatu hal yang sering kali rusak karena gerakan subyek atau kamera. Kenyataan ini benar ketika kita menggunakan lensa tele, yang banyak menimbulkan masalah dengan celah maksimum yang lebih kecil dari lensa normal atau lensa sudut lebar.
  • Puncak gerakan / perbuatan (The peak of the Action)
Untuk mendapatkan pengaruh maksimal dalam sebuah gambar bergerak, perlu ditambahkan “sense of timming” atau naluri dalam melakukan pemotretan, dengan setiap gerakan subyek pada posisi tertentu. Momen olahraga sebagai contoh yang sangat cepat pergereakannya untuk mendapatkan puncak aksinya sangat sulit dan jarang mendapatkan hasil yang menguntungkan. Jika kita mengabadikan rentetan atau rangkaian untuk mencari suatu gambar yang terbaik, kita akan menemukan bahwa momen puncak seringkali jatuh antara beberapa frame dan tidak tertangkap, dengan pola belajar pada kejadian yang sebelumnya dan mencoba mengantisipasi apa yang akan terjadisehingga kita dapat merencanakan kapan menekan shutter release pada saat point puncak, idealnya usaha untuk mencoba yang kedua kalinya lebih mudah. Jadi, pemilaihan point puncak sering meemberikan kesempatan bagus untuk penangkapan yang tajam agar gambar lebih baik.
  • Pemilihan titik pandang.
Penempatan posisi kamera dapat membuat perbedaan antara gambar tidak menarik atau kesan luar biasa dari sudut pandang yang diambil di tengah tengah (pada saat action). Untuk memepermudah dalam menentukan titik pandang yang tepat, ada baiknya memepelajari terlebih dahulu pola kejadian atau permainan dalam suatu subyek titik pandang yang tepat, ada baiknya mempelajari terlebih dahulu poola kejadian atau pemainan dalam suatu subyek titik pandang dapat menampilkan ekspresi subyek saat beraksi , naik turunnya angle kamera mampu memberikan sudut pandang yang kuat, sehingga seakan akan berada disana.
  • Pemfokusan awal (prefocusing)
Focus awal merupakan teknik yang tidak mutlak, tentu dimana gerakan atau aksi terbaik akan terjadi, maka fokuskan dititik itu dan tunggu hingga subyek mencapainya. Yang haurs dilakukan pertama kali adalah kemampuan mengantisipasi aktifitas sehingga dapat dipilih titik yang sesuai untuk fokusnya, tidak sedikit kegiatan olahraga yang mengikuti aturan tetap dalam pengambilan gerak terbaik pemfokusan awal. Suatu saat sangat diperlukan perkiraan focus tepat untuk titik di udara pada pemotretan pesawat, lompatan udara, dan lain-lain.
  •   Pemberian kesan perpindahan dengan komposisi
untuk memberikan kesan bergerak pada subyek atau momen yang berubah ubah secara tidak teratur dalam subuah karya foto, digunakan kecepatan shutter tinggi. Bagaimana teknik ini terkadang menghasilkan gambar yand mengecewakan dan tidak hidup,kecuali kita berhati-hati dalam memilih momen untuk diambil. Walaupun terkesan statis tapi dengan lingkungan yang mendukung dari komposisi yang baik, maka gambar tampak seolah-olah hidup dan bergerak.


Kalau sudah ada yang auto, kenapa harus pusing dengan setting secara manual?
Kalau anda mengharapkan foto yang anda jepret itu jelas, warnanya bagus, pixelnya tinggi, ya, fungsi auto sudah cukup kok,, kenapa pusing2… Tetapi kalau anda pengen memberikan sentuhan yang berbeda, membuat foto kita kelihatan beda dari yang lain, membuat foto menjadi sesuatu tidak bisa terlihat dengan mata manusia, maka anda harus melakukan setting secara manual,

Pernah complain dengan foto yang anda ambil itu blur(tidak jelas)? Warnanya tidak memuaskan? Lightingnya kelihatan aneh? Ada beberapa situasi, fungsi automation setting tidak bisa memberikan hasil yang terbaik, kalau anda menguasi teknik mengatur sendiri pengcahayaan, well, problem solved..


Three Main Gateway

Kalau kita belajar matematika, kita akan memulai dengan 4 dasar yaitu, +,-,x,/, di photography, kita memulai dengan 3 dasar mengatur cahaya yang masuk ke sensor ataupun lebih dikenal dengan three gateway of light, three methodology, dll. Ketiga hal itu adalah Shutter Speed, Aperture, dan ISO Speed (Sensitivitas Sensor terhadap cahaya)

Shutter Speed adalah kecepatan tirai penutup sensor. Semakin lambat tirainya bergerak, semakin banyak cahaya yang masuk ke sensor,. Shutter speed yang tinggi bisa menangkap object yang bergerak cepat dengan jelas, misalnya mobil yang bergerak, sedangkan shutter speed yang lambat, bisa merekam gambar dengan lambat, sedangkan benda yang bergerak bisa kelihatan motion-nya . Untuk pemahaman cahaya yang masuk melewati kecepatan shutter, kita bisa memakai analogi jendela dan pintu jendela. Ketika kita menekan tombol shutter, pintu jendela ini akan membuka, dan menutup kembali. Ketika pintu jendelanya dibuka secara lambat, cahaya yang masuk melewati kedalam ruangan semakin banyak daripada pintu yang dibuka dengan kecepatan tinggi.


Aperture adalah lubang cahaya yang masuk ke sensor. Ukuran aperture ditentukan oleh sebuah alat yang bernama diaphragm. Cahaya yang masuk masuk dari lens, bergerak melewati aperture sebelum masuk ke sensor. Fungsi sebenarnya ukuran besar kecilnya aperture adalah untuk mengatur kedalaman ketajaman gambar. Aperture yang kecil mempunyai ketajaman yang lebih dalam sedangkan aperture yang besar memiliki kedalaman yang tidak dalam, sehingga object yang berada diluar dari kedalamanan akan kelihatan kabur. Bagaikan mainan laser, semakin kecil lubang cahaya laser, maka semakin jauh laser bisa memantulkan cahaya, dan semakin lebar lubang cahaya, maka semakin tidak jauh laser bisa memantulkan cahayanya. Kita bisa mengunakan kembali analogi jendela dan pintu jendela diatas untuk pemahaman pengaturan cahaya lewat aperture. Kalau kecepatan pintu jendela membuka dan menutup kembali itu adalah shutter speed, maka jendela itu sendiri adalah aperture karena cahaya memasuki sensor lewat jendela itu. Semakin lebarnya jendela maka otomatis cahaya yang masuk lebih banyak dan begitu juga sebaliknya.


Satu hal yang akan selalu membingungkan pemula adalah besar aperture bukan ditentukan besar f number,, tapi sebaliknya. misalnya f 2.8 adalah aperture besar sedangkan f22 adalah aperture kecil..

Aperture Besar (f/5.6)

Aperture Kecil (f32)


Kombinasi antara shutter speed dan aperture adalah kunci untuk menentukan sebuah gambar itu memliki exposure yang tepat. Ketika berada di tempat yang terang seperti outdoor, kita bisa menggunakan shutter speed yang tinggi dengan aperture yang tinggi untuk mengurangi cahaya yang berlebihan masuk kedalam sensor supaya hasil dari foto tidak terlalu terang. Sedangkan ketika berada ditempat tidak terlalu terang seperti indoor, kita bisa menggunakan Aperture yang besar dan Shutter speed yang lambat. Namun shutter speed yang lambat sangat sensitive dengan pergerakan camera. Kamera yang bergerak saat shutter speed lambat berjalan akan menyebabkan gambar yang kabur. Di situasi seperti ini, penggunaan Tripod (alat tempat camera berdiri) atau kecepatan ISO bisa menjadi solusi.

ISO Speed adalah sensitivitas sensor terhadap cahaya. Penggunaan ISO yang tinggi bisa membantu sensor menrespon cahaya dengan lebih cepat, namun semakin tinggi ISO, akan menimbulkan noise. Noise membuat gambar kelihatan tidak jernih,.

three main gateway

Dengan kombinasi tiga pintu masuk cahaya, kita bisa mengatur settingan cahaya sesuai situasi dan kebutuhan kita dimana fungsi Auto kadang tidak bisa melakukannya dengan benar. Kalau kita melihat object lewat viewfinder yang merupakan refleksi dari cermin, bagaimana kita mengetahui sebuah settingan itu over exposure atau kekurangan cahaya. Biasanya di Viewfinder ada meteran cahaya untuk kita mengatur exposure yang tepat. Begitu juga kalau melakukan live view dari lcd secara langsung,, ada sebuah meter kecil terletak bagian bawah lcd atau bagian atas.






Gambar diambil dari Wikipedia, www.imaging-resource.com, Enjoy! Discover the real joy of photography, dan dari sini : http://kampoengkata-digilib.blogspot.com/2009_11_01_archive.html
sumber : bon f7xnb

No comments:

Post a Comment

news flash